Seperti kita ketahui, Indonesia merupakan negara yang kaya. Wilayahnya luas, kekayaan alam melimpah dan kebudayaannya pun beragam. Hal ini tentu membawa keuntungan tersendiri bagi kita. Secara materi, kekayaan ini mendatangkan devisa karena banyak wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia. Namun, keragaman yang dimiliki Indonesia ini pun juga dapat berpotensi menimbulkan perpecahan.
Semboyan negara kita, Bhinneka Tunggal Ika menandakan bahwa meskipun kita beragam namun kita masih tetap bersatu. Mengapa demikian? Karena bangsa Indonesia memegang sikap saling menghormati, toleransi, dan tenggang rasa. Jadi, adanya bentuk perbedaan bukan lagi halangan untuk bersatu.
Apabila kita mengenang kembali perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan, maka kita pasti akan memahami betapa pentingnya persatuan di atas keberagaman. Meskipun terdapat banyak perbedaan bangsa Indonesia dapat bersatu karena adanya ikatan satu cita-cita bangsa, yaitu merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Dengan adanya semangat bersatu, maka berbagai halangan tidak akan mampu memecah belah bangsa kita. Keanekaragaman yang kita miliki telah ada sejak lama, bahkan sejak bangsa kita masih dijajah. Keanekaragaman bangsa yang sekaligus menimbulkan keanekaragaman karakter telah dimanfaatkan para penjajah untuk memecah belah bangsa kita.
Berbagai upaya perlawanan telah dilakukan namun selalu mengalami kegagalan. Mengapa bisa terjadi demikian? Karena saat itu perlawanan masih bersifat kedaerahan.
Para pemuda dan tokoh pergerakan bangsa Indonesia dengan semangat kebangsaan berupaya membangun kesadaran kebangsaan yang sebelumnya berupa kesadaran kedaerahan. Dalam sejarahnya, upaya-upaya tersebut melalui peristiwa-peristiwa berikut.
1. Masa Perintis
2. Masa Penegas
Masa penegas adalah masa mulai ditegaskannya semangat kebangsaan pada diri bangsa Indonesia yang ditandai dengan peristiwa Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Melalui Sumpah Pemuda, bangsa Indonesia menyatakan diri sebagai satu bangsa yang memiliki satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, yaitu Indonesia.3. Masa Pencoba
4. Masa Pendobrak
- Membangun TMII di Indonesia yang diresmikan pada tahun 1976. Di TMII tersebut terdapat anjungan semua provinsi yang ada di Indonesia (saat itu masih 27) yang masing-masing menampilkan rumah adat, beserta aneka hasil budaya yang ada di provinsi tersebut, misalnya pakaian adat, tarian adat, alat musik daerah, dan sebagainya.
- Sikap toleransi antarumat beragama.
- Sikap menghargai dan ikut memiliki kebudayaan daerah lain.