Metode Pembelajaran Diskusi

Revisi : https://tinyurl.com/_2024

A.   Pengertian Metode Diskusi

Diskusi adalah aktivitas dari sekelompok siswa, berbicara saling bertukar informasi maupun pendapat tentang sebuah topik atau masalah, dimana setiap anak ingin mencari jawaban / penyelesaian problem dari segala segi dan kemungkinan yang ada. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : 1994). 

Menurut  Hasibun dalam bukunya Proses Belajar Mengajar (2006:10) mengatakan bahwa diskusi merupakan proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara menukar informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah.

Metode diskusi adalah cara penyajian pembelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah, yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain : 2006)

Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan menugaskan peserta didik atau kelompok belajara untuk melaksanakan percakapan ilmiah untuk mencari kebenaran dalam rangka mewujudkan tujuan pengajaran (Karo-karo, 1998 : 25). 

Menurut Djajadisastra (1983:12) metode   diskusi   adalah format belajar mengajar yang menitik   beratkan kepada interaksi   antara anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas belajar secara bersama. Karena itu, guna  dituntut untuk mampu melibatkan keaktifan anak bekerjasama dan berkolaborasi dalam kelompok

Sementara itu Sudirman dkk ( 1992 : 150 ) menyatakan, “ Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama “.


B.   Kelebihan dan kekurangan metode diskusi

Menurut Wahab (1998),  keunggulan dari metode diskusi kelompok adalah sebagai berikut : 
  1. memberikan kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat,
  2. menyebabkan pendekatan yang demokratis, 
  3. mendorong rasa kesatuan, 
  4. memperluas pandangan, 
  5. menghayati kepemimpinan bersama – sama, 
  6. membantu mengembangkan kepemimpinan,dan 
  7. meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.

Secara umum kelebihan dan kekurangan metode diskusi adalah sebaga berikut :

Kelebihan metode diskusi adalah:
  1. Merangsang kreativitas siswa dalam bentuk ide, gagasan – prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
  2. Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.
  3. Memperluas wawasan
  4. Membina untuk terbiasa musyawarah untuk memperkuat dalam memecahkan

Kekurangan metode diskusi
  1. Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
  2. Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.
  3. Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri.

Untuk meminimalisir kekurangan metode ini, maka guru atau murid sebagai pemimpin diskusi mempunyai peranan sebagai berikut :

1. Sebagai penunjuk jalan
Tugas pemimpin disini ialah memberikan pengarahan kepada anggota tentang masalah yang akan didiskusikan (ruang lingkup diskusi). Sehingga dengan demikian tidak timbul pertanyaan-pertanyaan yang menyimpang.

2. Sebagai pengatur lalu lintas
Bertugas mengatur jalannya diskusi agar jalannya menjadi lancar :
  1. Dengan jalan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada anggota kelompok tertentu.
  2. Menjaga agar anggota berbicara menurut giliran (tidak serentak).
  3. Menjaga agar diskusi tidak dikuasi oleh orang-orang tertentu yang gemar berbicara.
  4. Membuka kesempatan kepada orang-orang tertentu (pemalu) untuk mengungkapkan pendapatnya.
  5. Mengatur pembicaraan agar didengar oleh semua anggota.

3. Sebagai dinding penangkis
Disini tugas pemimpin diskusi ialah penerima pertanyaan-pertanyaan dari anggota kemudian melemparkannya kembali kepada anggota. Jangan sampai terjadi tanya jawab antar kelompok kecil saja. Usahakan seluruh anggota kelompok aktif berpartisipasi.


C.   Langkah-langkah penggunaan metode diskusi

Langkah-langkah penggunaan metode diskusi adalah sebagai berikut:
  1. Taraf persiapan meliputi: 
    1. Memilih dan menetapkan topic atau tema sekurang-kurangnya; mengidentifikasi masalah yang merupakan alternative untuk dipilih  dan didiskusikan.
    2. Mengidentifikasi dan menetapkan satu atau beberapa sumber bahan bacaan atau informasi yang hendak dipelajari oleh siswa, sehingga kalau memasuki arena diskusi  diharapkan telah membawa bahan pemikiran.
    3. Menetapkan atau menyediakan alternatif komposisi dan struktur komonikasi kelompok diskusi
    4. Menetapkan atau menyediakan alternatif pemimpin diskusi pada guru atau siswa.
  2. Siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi memilih pimpinan diskusi(ketua, sekretaris, pelapor) mengatur tempat duduk, ruangan, dan sebagainya dengan bimbingan guru.
  3. Siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masng, sedangkan guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain, menjaga ketertiban, serta memberikan dorongan dan bantuan agar anggota kelompok berpartisipasi aktif dan diskusi dapat berjalan lancar. Setiap siswa hendaknya, mengetahui secara persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi.
  4. Setiap  kelompok  harus melaporkan hasil diskusinya. Hasil diskusi dilaporkan ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberikan ulasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.
  5. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, sedangkan guru menyimpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok

D. Peranan Guru dalam Diskusi

Menurut Brooks & Brooks (Iim Waliman, dkk,  2001) terdapat beberapa ciri yang menggambarkan seorang guru yang konstruktivis dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa, yaitu sebagai berikut.
  1. Guru mendorong, menerima inisiatif dan kemandirian siswa.
  2. Guru menggunakan data mentah sebagai sumber utama pada fokus materi   pembelajaran.
  3. Guru memberikan tugas-tugas kepada siswa yang terarah pada pelatihankemampuan mengklasifikasi, menganalisis, memprediksi, dan menciptakan.
  4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguraikan isi pelajaran dan mengubah strategi belajar mengajar.
  5. Guru melakukan penelusuran pemahaman siswa terhadap suatu konsep sebelum memulai pembelajaran.
  6. Guru mendorong terjadinya dialog dengan dan antar siswa.
  7. Guru mendorong siswa untuk berfikir, melalui pertanyaan-pertanyaan terbuka dan mendorong siswa untuk bertanya sesama teman.
  8. Guru melakukan elaborasi respon siswa siswa, baik yang sudah benar maupun yang belum benar.
  9. Guru melibatkan siswa pada pengalaman yang menimbulkan kontradiksi dengan hipotesis siswa dan mendiskusikannya.
  10. Guru memberikan waktu berfikir yang cukup bagi siswa dalam menjawab pertanyaan 
  11. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba menghubungkan beberapa hal yang dipelajari untuk meningkatkan pemahaman.
  12. Guru di akhir pembelajaran memfasilitasi proses penyimpulan melalui acuan yang benar. 
Sementara itu  menurut Sudirman dkk (1992 : 154)  peranan guru dalam diskusi, antara lain sebagai berikut.
  1. Guru menetapkan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan atau guru meminta kepada siswa untuk mengemukakan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan.
  2. Guru menjelaskan tujuan diskusi.
  3. Guru memberikan ceramah dengan diselingi tanya jawab mengenai materi pelajaran yang didiskusikan.
  4. Guru mengatur giliran pembicara agar tidak semua siswa serentak berbicara mengeluarkan pendapat.
  5. Menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicara agar seluruh kelas dapat mendengarkan apa yang sedang dikemukakan.
  6. Mengatur giliran berbicara agar jangan siswa yang berani dan berambisi menonjolkan diri saja yang menggunakan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.
  7. Mengatur agar sifat dan isi pembicaraan tidak menyimpang dari pokok/problem.
  8. Mencatat hal-hal yang menurut pendapat guru harus segera dikoreksi yang memungkinkan siswa tidak menyadari pendapat yang salah.
  9. Selalu berusaha agar diskusi berlangsung antara siswa dengan siswa.
  10. Bukan lagi menjadi pembicara utama melainkan menjadi pengatur pembicaraan.
Peranan guru yang memimpin suatu diskusi lebih sukar daripada bila ia memakai cara mengajar yang lain. Cara ini meminta persiapan yang seksama dan bimbingan yang cakap. Guru harus mempunyai latar belakang pengalaman dan simpanan pengetahuan agar dia bisa memimpin sebuah diskusi secara kreatif. guru tidak mendominasi pembicaraan, atau bahkan bisa sekedar sebagai stimulus, informan, dan motivator dalam seluruh  rangkaian kegiatan. 


E. Jenis-jenis Diskusi

Terdapat bermacam pengemembangan metode diskusi, berikut ini beberapa jenis diskusi yang dapat digunakan guru, antara lain :

1.  Buzz Group

Suatu kelas yang besar dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil 4 atau 5 orang. Tempat duduk diatur sedemikian rupa sehingga siswa saling berhadapan untuk memudahkan pertukaran pendapat. Diskusi ini dapat diadkan di tengah-tengah atau akhirr

2.  Fish Rowt

Diskusi terdiri dari beberapa orang peserta yang dipimpin oleh seorang ketua. Tcmpat duduk diatur setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta, seolah-olah menjaring ikan dalam sebuah mangkuk (fish boxvli. Kelompok pendengar yang ingin menyumbangkan pikiran dapat duduk di kursi kosong tersebut. Ketua mempersilahkan berbicara dan setelah selesai kembali ketempat semula.

3.  Whole Group

Suatu kelas merupakan satu kelompok diskusi dengan jurnlah anggota tidak lebih dari 15 anggota.

4.  Syndicate group

Suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 orang. Guru menjelaskan garis besar masalah dengan aspek-aspeknya. kemudian tiap kelompok bertugas membahas suatu aspek tertentu dan membuat kesimpuian untuk diiaporkan dalam sidang pleno serta didiskusikan lebih lanjut.

5.  Brainstorming

Merupakan suatu diskusi di mana anggota kelompok bebas menyumbangkan ide-ide baru terhadap suatu masalah tertentu. di bawah seorang ketua. Semua ide yang sudah masuk dicatat. untuk kemudian diklasifikasikan menurut suatu urutan tertentu. Suatu saat mungkin ada diantara ide baru tersebut yang dirasa menarik untuk dikembangkan.

6.  Informal debate

Kelas dibagi menjadi dua team yang agak sama besarnya unluk memperdebatkan suatu bahan yang problematis, tanpa memperhatikan peraturan diskusi panel.

7.  Colloqinin

Merupukan suatu kegiatan dimana siswa’mahasiawa dihadapkan pada nara sumber untuk mengajukan pertanyaan. selanjuinya mengandung pertanyaan-pertanyaan tambahan dari siswa. mahasiswa yang lain. Pelajaran dengan maksud untuk memperjelas bahan pelajaran yangtelah diterima.

8.  Panel

Merupakan suatu diskusi orang-orang yang dianggap ahli, terdiri dari 3-6 orang dan dipimpin oleh seorang moderator. Para panelis dihadapkan pada para peserta yang hanya berfungsi sebaeai pendengar. Maksudnya untuk memberikan stimulus kepada para peserta akan adanya masalah-masalh yang masih dipecahkan lebih lanjut.

9.  Simposium

Merupakan suatu pembahasan masalah yang bersifat lebih formal. Pembahasan dilakukan oleh beberapa orang pembicara (sedikitnya 2 orang) yang sebelumnya telah menyiapakan suatu prasarana dan pembicara yang lain mengemukakan prasarana banding/sanggahan. Suatu pokok persoalan disoroti dari beberapa aspek. yang masing-masing dibacakan oleh prasarana kemudian diikuti sanggahan dan pandangan umiun dari para pendengar. Moderator mengkoordinasi jalannya pembicaraan. Bahasan dan sanggahan itu selanjutnya dirumuskan oieh panitia perumus.

10.  Seminar

Merupakan suatu pembahasan yang bersifat ilmiah. Suatu pokok persoalan dibahas secara teoritis, bila perlu dibuka suatu pandangan umum. Berdasarkan kertas kerja yang ada, peserta menjadi beberapa kelompok untuk membahas lebih lanjut. Pimpinan kelompok sewaktu waktu menyimpulkan kerja keiompoknya dan dari hasil-hasil kelompok disusun suatu perumusan oleh panitia perumus.
Itulah sekilah artikel tentang metode diskusi, Semoga bermanfaat.


DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 1994. Didaktik / Metode Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Djamarah, Syaiful Bahri, dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar, Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Karo-karo, Ign. S. Ulih Bukit Dkk. 1998.  Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta : Alda. 

Sardiman, A.M. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Wahab, A. Aziz. 1998. Metodologi Pengajaran IPS. Jakarta : Karunika. 

Waliman, Iim, dkk. 2001. Pengajaran Demokratis (Modul Manajemen Berbasis Sekolah). Bandung : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat



Sumber https://www.gurumapel.com/