Puisi-Puisi Sapardi Djoko Damono Terpopuler

Revisi : https://tinyurl.com/_2024

AKU INGIN
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.

NB: ada polemik tentang puisi ini, Silang endapat perihal dua entitas puisi yang masing masing berjudul “Aku Ingin” karya Sapardi Djoko Damono dan “Lafaz Cinta” karya Kahlil Gibran yang sangat identik dalam syair-syairnya, namun jelas sudah sekarang faktanya bahwa puisi indah ini memang karya asli Sapardi... untuk info lebih lanjut bisa di baca disini


HUJAN BULAN JUNI
tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu

AKULAH SI TELAGA
berlayar di atasnya
berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil yang menggerakkan bunga-bunga padma;
berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya;sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja
-- perahumu biar aku yang menjaganya

NB: Salah satu yang paling kusuka,, maknanya sungguh dalam.. tentang ketulusan cinta orang tua kepada anaknya


SAJAK KECIL TENTANG CINTA
Mencintai angin harus menjadi siut...
Mencintai air harus menjadi ricik...
Mencintai gunung harus menjadi terjal...
Mencintai api harus menjadi jilat...
Mencintai cakrawala harus menebas jarak...
MencintaiMu harus menjadi aku”


BERJALAN KE BARAT DI WAKTU PAGI HARI
Waktu berjalan ke barat di waktu pagi hari
matahari mengikutiku di belakang
Aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan
Aku dan matahari tidak bertengkar
tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang
Aku dan bayang-bayang tidak bertengkar
 tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan


PADA SUATU HARI NANTI
Pada suatu hari nanti,
Jasadku tak akan ada lagi,
Tapi dalam bait-bait sajak ini,
Kau tak akan kurelakan sendiri.

Pada suatu hari nanti,
Suaraku tak terdengar lagi,
Tapi di antara larik-larik sajak ini.

Kau akan tetap kusiasati,
Pada suatu hari nanti,
Impianku pun tak dikenal lagi,
Namun di sela-sela huruf sajak ini,
Kau tak akan letih-letihnya kucari.


SEPERTI KABUT
aku akan menyayangimu
seperti kabut
yang raib di cahaya matahari
:
aku akan menjelma awan
hati-hati mendaki bukit
agar bisa menghujanimu
:
pada suatu hari baik nanti

METAMORFOSIS
ada yang sedang menanggalkan kata-kata yang satu demi satu
 mendudukkanmu di depan cermin dan membuatmu bertanya
tubuh siapakah gerangan yang kukenakan ini
ada yang sedang diam-diam menulis riwayat hidupmu
 menimbang-nimbang hari lahirmu
mereka-reka sebab-sebab kematianmu
ada yang sedang diam-diam berubah menjadi dirimu

BUNGA
Bahkan bunga rumput itu pun berdusta.
 Ia rekah di tepi padangwaktu hening pagi terbit;
siangnya cuaca berdenyut ketikanampak sekawanan gagak terbang berputar-putar di atas padang itu; malam hari ia mendengar seru serigala.
Tapi katanya, “Takut? Kata itu milik kalian saja, para manusia. 
Aku ini si bunga rumput, pilihan dewata!”


KOLAM DI PEKARANGAN
Daun yang membusuk di dasar kolam itu masih juga ...
 tengadah ke ranting pohon jeruk yang dulu melahirkannya...
 Ia ingin sekali bisa merindukannya... 
Tak akan dilupakannya hari itu menjelang subuh ..
 hujan terbawa angin memutarnya perlahan..


 YANG FANA ADALAH WAKTU
Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa.
"Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?" tanyamu.
Kita abadi.


DI RESTORAN
Kita berdua saja, duduk.
Aku memesan ilalang panjang dan bunga rumput --
kau entah memesan apa.
Aku memesan batu ditengah sungai terjal yang deras --
kau entah memesan apa.
Tapi kita berduasaja, duduk.
Aku memesan rasa sakit yang tak putus dan nyaring lengkingnya,
memesan rasa lapar yang asing itu.

SIHIR HUJAN
 Hujan mengenal baik pohon, jalan, dan selokan
-- swaranya bisa dibeda-bedakan;
kau akan mendengarnya meski sudah kaututup pintu dan jendela.
Meskipun sudah kau matikan lampu.

Hujan, yang tahu benar membeda-bedakan, telah jatuh di pohon, jalan, dan selokan
- - menyihirmu agar sama sekali tak sempat mengaduh
waktu menangkap wahyu yang harus kaurahasiakan.


TENTANG TUHAN
Pada pagi hari Tuhan tidak pernah seperti terkejut dan bersabda, "Hari baru lagi !", ia senantiasa berkeliling merawat segenap ciptaan-Nya dengan sangat cermat dan hati-hati tanpa memperhitungkan hari.
Ia, seperti yang pernah kau katakan, tidak seperti kita sama sekali
Tuhan, merawat segala yang kita kenal dan juga yang tidak kita kenal dan juga yang tidak akan pernah kita kenal

PADA SUATU PAGI HARI
.“Maka pada suatu pagi hari ia ingin sekali menangis sambil berjalan tunduk sepanjang lorong itu. Ia ingin pagi itu hujan turun rintik-rintik dan lorong sepi agar ia bisa berjalan sendiri saja sambil menangis dan tak ada orang bertanya kenapa.

Ia tidak ingin menjerit-jerit berteriak-teriak mengamuk memecahkan cermin membakar tempat tidur. Ia hanya ingin menangis lirih saja sambil berjalan sendiri dalam hujan rintik-rintik di lorong sepi pada suatu pagi.”


 DALAM DIRIKU
dalam diriku mengalir sungai panjang,
darah namanya;
dalam diriku menggenang telaga darah,
sukma namanya;
dalam diriku meriak gelombang sukma,
hidup namanya;
dan karena hidup itu indah,
aku menangis sepuas-puasnya” 

KUHENTIKAN HUJAN
 kuhentikan hujan ,kini matahari
merindukanku, mengangkat kabut pagi perlahan

ada yang berdenyut
dalam diriku
menembus tanah basah
dendam yang dihamilkan hujan
dan cahaya matahari

tak bisa kutolak matahari
memaksaku menciptakan bunga-bunga

Sumber http://www.guruberbahasa.com/