Efek Logam Berat Cadmium Terhadap Fisiologi

Revisi : https://tinyurl.com/_2024

Pengertian Cadmium (Cd) adalah salah satu logam berat yang secara alami berada pada beberapa jenis tanah dan bebatuan. Namun, kadar cadmium dalam tubuh dapat menyebabkan efek toksik. Cadmium dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dalam bahan pembuatan baterai, plastik (polyvinyl chloride), pewarna tekstil, dan bahan lainnya. Terkadang dijumpai pupuk yang mengandung cadmium. Cadmium dapat pula berasal dari pembakaran batu bara, bahan bakar diesel, gasoline, dan bahan bakar fosil lainnya, serta dalam rokok.

Cadmium (Cd) merupakan salah satu logam berat yang memiliki potensi toksik tinggi terhadap makhluk hidup.  Cadmium yang terdapat di alam umumnya bercampur dengan seng (Zn) dan timbal (Pb), sehingga pengolahan kedua macam logam tersebut menyebabkan pencemaran kadmium ke lingkungan.  Cadmium dapat juga mencemari udara melalui pembakran bahan bakar fosil, sehingga cadmium di alam akan terus meningkat (Sunityoso dkk. 1995). 

Akumulasi cadmium dalam tubuh makhluk hidup terjadi secara tidak sengaja dari berbagai sumber, sehingga cadmium digolongkan sebagai unsur kontaminan.  Salah satu senyawa cadmium yaitu cadmium chlorida (CdCl2) yang bersifat toksik, sangat beracun, dan telah terbukti menyebabkan kanker serta memiliki efek teratogenik (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985).  

Cadmium dapat masuk melalui melalui plasenta, sehingga dapat memengaruhi fetus.  Apabila keracunan terjadi pada masa prenatal maka akibat yang ditimbulkan pada fetus dapat berupa kematian, hambatan pertumbuhan, abnormalitas struktur dan fungsi berbagai sistem organ, abnormalitas rangka/ skeleton, dan kelainan pada periode pasca lahir (Ferm, 1972; Sunityoso dkk. 1995).


Efek kadmium dapat menyebabkan kanker pada manusia, dapat merusak sistem reproduksi, mengganggu perkembangan fetus dan anak, serta mengganggu sistem endokrin tubuh. Takenaka et al. (1983) menyebutkan bahwa akan meningkatnya frekuensi terjadinya kanker paru-paru pada mencit yang terpajan cadmium klorida aerosol (12.5, 25, atau 50 µg/m3). Kadmium masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi akan menyebabkan kerusakan paru-paru dan iritasi, sesak nafas, batuk-batuk, dan dapat menyebabkan kerusakan paru-paru permanen, emphysema, dan bahkan kematian. Apabila masuk melalui pencernaan dalam kadar yang tinggi, cadmium akan menyebabkan iritasi perut, muntah, diare, kerusakan ginjal, dan kerusakan sistem pencernaan lainnya yang dapat menyebabkan kematian. Selain itu, cadmium dapat menyebabkan gangguan pembentukan tulang. Kerusakan ginjal karena cadmium didukung dengan percobaan pemberian cadmium klorida dalam air minum mencit selama enam minggu dengan dosis 30 atau 100 mg/L (setara dengan 3.1—8.0 mg Cd/kg/hari), maka mencit akan mengalami proteinuria (Young 1991).

Salah satu efek terburuk dari cadmium di dalam makanan yang terpajan dalam tubuh manusia adalah penyakit itai-itai (itai-itai disease). Ita-itai disease adalah penyakit tulang yang ditandai oleh osteoporosis dan osteomalasia. Berdasarkan Sugawara & Sugawara (1974) mencit yang diberikan cadmium dalam air minumnya pada dosis 50 mg/L selama sembilan bulan memperlihatkan penurunan penyerapan kalsium dan fosfor dari usus. Berdasarkan data dari WHO (1992) cadmium klorida yang diberikan melalui air minum dengan dosis 1 or 4 mg/kg bb akan menyebabkan perubahan metabolisme kalsium dan perubahan karakteristik struktur tulang.

Pemberian kadmium dalam dosis yang tinggi pada kelompok hewan pengerat (rodent) akan menyebabkan kerusakan plasenta yang parah dan kematian pada fetus apabila diberikan pada fase akhir kehamilan. Efek teratogenik akan terjadi apabila cadmium diberikan pada fase awal kehamilan. Efek teratogenik yang dapat terjadi, antara lain exencephaly, hydrocephaly, cleft lip dan cleft palate, microphthalmia, micrognathia, club foot, dan dysplastic tail. Baranski et al. (1985) menyebutkan adanya teratogenik efek (fusi atau tidak terbentuknya ekstrimitas/leg) pada mencit yang diberikan pajanan cadmium klorida (40 mg/kg/hari) selama gestasi (Young, 1991). Selain itu, hewan percobaan yang terpapar cadmium selama kebuntingan akan menyebabkan keturunan yang dilahirkan mengalami penurunan berat badan, gangguan dalam kebiasaan dan kemampuan untuk belajar. Pemberian cadmium juga dapat menurunkan sistem imunitas tubuh, seperti yang dinyatakan oleh Koller et al. (1975) yang menyatakan berkurangnya spleen placque-forming cells pada mencit yang diberikan cadmium dengan dosis 0.6 mg/kg/hari selama 10 minggu (Young 1991).

Bagi manusia, cadmium sebenarnya merupakan logam asing. Tubuh sama sekali tidak memerlukannya dalam proses metabolisme.  Karenanya cadmium sangat beracun bagi manusia dan dapat diabsorspi tubuh dalam jumlah yang tidak terbatas, karena tidak adanya mekanisme tubuh yang dapat membatasinya.  Logam berat ini bergabung bersama timbal dan merkuri sebagai the big three heavy metal yang memiliki tingkat bahaya tertinggi pada kesehatan manusia.  Menurut badan dunia FAO/WHO, konsumsi per minggu yang ditoleransikan bagi manusia adalah 400-500 μg per orang atau 7 μg per kg berat badan.

Apabila cadmium masuk ke dalam tubuh maka sebagian besar akan terkumpul di dalam ginjal, hati dan sebagian yang dikeluarkan lewat saluran pencernaan.  Cadmium dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah secara langsung maupun tidak langsung lewat ginjal, sebagai akibatnya terjadi kenaikan tekanan darah.  Senyawa yang mengandung cadmium juga mengakibatkan kanker.  

Cadmium masuk kedalam tubuh manusia terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.  Untuk mengukur asupan cadmium ke dalam tubuh manusia perlu dilakukan pengukuran kadar cadmium dalam makanan yang dimakan atau kandungan cadmium dalam feses.


Sumber https://www.generasibiologi.com/