Gejala perlipatan terjadi karena penyebab dari adanya gaya tektonik yang menekan secara terus menerus dan secara posisi horizontal pada suatu lapisan batuan, baik pada salah satu tepi lapisan maupun pada kedua tepi lapisan. Akibatnya, lapisan yang mengalami tekanan tersebut terlipat pada bagian-bagian yang relatif lemah. Bagian-bagian yang membentuk struktur lipatan terdiri atas sinklin, antiklin, dan sayap. Antiklin adalah bagian dari struktur lipatan yang berbentuk cembung ke atas. Sinklin adalah bagian dari struktur lipatan yang berbentuk cekung ke atas. Sayap (limb) adalah bagian dari struktur lipatan yang terletak miring, dimulai dari puncak suatu antiklin sampai titik paling bawah suatu sinklin.
Bentuk gejala perlipatan di muka bumi bermacam-macam. Perbedaan bentuk lipatan ini terjadi karena kekuatan pembentuk lipatan yang berbeda serta lapisan batuan yang berbeda pula. Secara umum ditemukan beberapa variasi bentuk lipatan berikut.
- Lipatan tegak, merupakan bagian lipatan dengan bidang poros dalam posisi yang vertikal.
- Lipatan condong, yaitu lipatan dengan bidang poros miring.
- Lipatan isoklin, yaitu lipatan dengan posisi kedua sayap hampir sejajar. Bidang porosnya bisa tegak lurus maupun miring.
- Lipatan menggantung, yaitu lipatan yang kemiringan sayap dan kecuramannya sudah melalui poros vertikal.
- Lipatan rebah, yaitu lipatan yang bidang porosnya sudah mendekati horizontal.
- Monoklin, yaitu suatu pencuraman setempat di suatu daerah yang umumnya ditandai oleh kemiringan yang sangat landai.
- Lipatan terbuka, yaitu lipatan yang masih memiliki potensi untuk lebih melengkung lagi.
Proses perlipatan terjadi saat tumbukan antara dua lempeng litosfer (lempeng benua dengan lempeng benua) yang bergerak dan arah berlawanan secara mendatar. Proses perlipatan menyebabkan terbentuknya pegunungan lipatan. Contoh jalur pegunungan lipatan di dunia adalah Sirkum Mediteran, Sirkum Pasifik dan jalur pegunungan lipatan Busur Australia (Irian Jaya).
Pegunungan Sirkum Mediterania memanjang mulai dari Pegunungan Atlas (di Afrika Utara) berlanjut ke Pegunungan Alpen (di Eropa Selatan) ke Pegunungan Himalaya (di Asia), hingga ke rangkaian pegunungan yang ada di wilayah Indonesia (Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan berakhir di Kep. Maluku). Di Indonesia sendiri jalur pegunungan lipatan Sirkum Mediteran tersebut terbagi menjadi dua bagian berikut.
a.Busur Dalam yaitu jalur pegunungan yang bersifat vulkanik (kegunungapian). Termasuk ke dalam jalur pegunungan ini adalah Bukit Barisan di Pulau Sumatera, pegunungan yang ada di Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Lombok, Sumbawa, Flores, Alor, Solor, Wetar, Kepulauan Banda, dan berakhir di Pulau Saparua.
b.Busur Luar yaitu jalur pegunungan yang bersifat non vulkanik (tidak menampakkan sifat-sifat kegunungapian). Rangkaian pegunungan ini hanya merupakan rangkaian pegunungan lipatan saja. Sebagian jalur pegunungan ini berada di atas permukaan laut (daratan) dan sebagian lainnya berada di bawah permukaan laut. Termasuk jalurpegunungan ini adalah Pulau Simulue, Pulau Nias, Kepulauan Mentawai, Pulau Enggano, kemudian tenggelam (di sepanjang bagian selatan Pulau Jawa). Pegunungan ini muncul kembali ke atas permukaan laut sebagai Pulau Sawu, Pulau Roti, Pulau Timor, Pulau Babar, Kepulauan Kai, Pulau Seram, dan berakhir di Pulau Burn.
Pegunungan Sirkum Pasifik dimulai antara Pegunungan Andes yang ada (di Amerika Selatan) kemudian akan berlanjut ke Pegunungan Rocky (Rocky Mountains) tepatnya yang ada di Amerika Utara, kemudian berbelok ke daerah Kepulauan Jepang lalu kemudian bersambung dengan pegunungan di Kepulauan Filipina. Selanjutnya, di Kepulauan Indonesia, jalur pegunungan ini bercabang dua. Kedua cabang tersebut adalah sebagai berikut.
Lipatan pegunungan |
a.Busur Dalam yaitu jalur pegunungan yang bersifat vulkanik (kegunungapian). Termasuk ke dalam jalur pegunungan ini adalah Bukit Barisan di Pulau Sumatera, pegunungan yang ada di Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Lombok, Sumbawa, Flores, Alor, Solor, Wetar, Kepulauan Banda, dan berakhir di Pulau Saparua.
b.Busur Luar yaitu jalur pegunungan yang bersifat non vulkanik (tidak menampakkan sifat-sifat kegunungapian). Rangkaian pegunungan ini hanya merupakan rangkaian pegunungan lipatan saja. Sebagian jalur pegunungan ini berada di atas permukaan laut (daratan) dan sebagian lainnya berada di bawah permukaan laut. Termasuk jalurpegunungan ini adalah Pulau Simulue, Pulau Nias, Kepulauan Mentawai, Pulau Enggano, kemudian tenggelam (di sepanjang bagian selatan Pulau Jawa). Pegunungan ini muncul kembali ke atas permukaan laut sebagai Pulau Sawu, Pulau Roti, Pulau Timor, Pulau Babar, Kepulauan Kai, Pulau Seram, dan berakhir di Pulau Burn.
Pegunungan Sirkum Pasifik dimulai antara Pegunungan Andes yang ada (di Amerika Selatan) kemudian akan berlanjut ke Pegunungan Rocky (Rocky Mountains) tepatnya yang ada di Amerika Utara, kemudian berbelok ke daerah Kepulauan Jepang lalu kemudian bersambung dengan pegunungan di Kepulauan Filipina. Selanjutnya, di Kepulauan Indonesia, jalur pegunungan ini bercabang dua. Kedua cabang tersebut adalah sebagai berikut.
a.Cabang pertama, dimulai dari Pulau Luzon di Filipina berlanjut ke pegunungan di Pulau Kalimantan melalui Pulau Palawan dan Kepulauan Sulu.
b.Cabang kedua, dimulai dari Pulau Luzon, berlanjut ke Pulau Samar, Pulau Mindanau, Kepulauan Sangihe, dan berakhir di Pulau Sulawesi.
Jalur pegunungan lipatan Busur Australia (Irian Jaya), jika kita amati lebih seksama sesungguhnya lebih merupakan cabang kelanjutan dari Sirkum Pasifik. Jalur ini menyusuri sisi barat daya Samudera Pasifik, dimulai dari Puluu Luzon, Pulau Mindanau di Filipina, kemudian berlanjut ke Pulau Halmahera, Pulau Irian (Papua), dan bersambung ke Pegunungan Alpen di Australia. Hanya saja, di wilayah Indonesia seolah jalur pegunungan ini merupakan jalur pegunungan lipatan tersendiri.